#TurunTangan
bergerak dengan hati, belajar tanpa henti
Pagi tadi, saya dipertemukan dengan
para pemuda yang (saya yakini) memiliki keyakinan dan daya juang besar.
Beberapa orang sudah saya kenal, dan saya begitu tahu bagaimana pergerakan
mereka sebagai pemuda. Maka dari itu saya yakin untuk datang ke sebuah rumah
yang memang sudah terkenal menjadi markas para pemuda kece.
Sebagian besar dari kami yang
berkumpul tadi pagi belum saling mengenal. Maka tak ada subyektifitas atau
provokasi di antara kami. Kami datang bukan sekadar karena ajakan teman, tetapi
juga karena keinginan untuk ikut #TurunTangan.
Ini bukan hanya tentang siapa yang
kami dukung dan apa yang dapat kami lakukan untuk mendukungnya. Ini merupakan
buah dari kesadaran dan perasaan yakin bahwa Indonesia tidak akan mati,
Indonesia tidak akan ‘jalan di tempat’ seperti yang banyak orang khawatirkan.
Jika beberapa orang menilai bahwa
#TurunTangan adalah semacam ‘Tim Sukses’, bagi saya, #TurunTangan adalah
langkah. Satu pertanyaan yang sering menggilitik dalam hati adalah, “Apakah
kamu harus menunggu tuk jadi pejabat dulu, biar bisa #TurunTangan tuk negerimu?”.
Saya mulai mencari jawaban dari
pertanyaan itu sejak belajar di kampus. Saya mulai teryakinkan karena banyak
pemuda yang bergerak, tetapi di situ ada sedikit keraguan. Para pemuda yang
bergerak tersebut, tak memiliki keyakinan tentang siapa orang yang akan mereka
dukung, yang satu visi dan misi dengan mereka, serta tak gengsi melibatkan
mereka untuk berperan aktif memajukan bangsa.
Hari ini saya mendapatkan
jawabannya. Saya menemukan banyak orang yang bukan hanya mau bergerak dengan
hati, tetapi juga memiliki keyakinan tentang orang yang mereka dukung. Tak ada
lagi kegundahan tentang, “Siapa pemimpin yang nantinya akan mendukung dan mau
mengikutsertakan pergerakan kita dalam mewujudkan kemajuan bangsa?”.
Satu hal lagi yang membuat saya
yakin, orang yang kami dukung bukan hanya mengajak kami tuk mendukungnya,
tetapi juga mengajak kami ikut #TurunTangan bersama. Orang yang lebih senang sibuk
dengan GERAKAN daripada sekadar PROGRAM.
Gerakan #TurunTangan rasanya begitu otomatis membuat kami berpikir
apa yang dapat kami lakukan untuk mulai peduli dan menyadari bahwa apapun yang
kita lakukan saat ini, akan mempengaruhi bagaimana keadaan bangsa kita nanti.
Kami tak hanya mendukung sosok Pak
Anies Baswedan yang di kenal sebagai penggagas gerakan Indonesia Mengajar, tetapi juga mendukung orang-orang yang kami yakini sebagai
orang baik, apapun yang ia lakukan.
Yang begitu mengesankan tadi pagi
adalah, beberapa rekan sering mengingatkan bahwa apapun yang akan kami lakukan
bersama bukan sekadar mengampanyekan orang baik, tetapi berbagi dan
memfasilitasi masyarakat tentang kebutuhan dan kemauan untuk belajar politik.
Kami lebih sibuk mempersiapkan diri
untuk terus konsisten #TurunTangan dengan hati daripada sibuk memikirkan
bagaimana jika Pak Anies menang Konvensi, euphoria seperti apa yang akan
tercipta, dan lain-lain.
#TurunTangan bukan hanya tentang
berbagi dengan hati, tetapi juga kemauan belajar tanpa henti. Belajar untuk
meluruskan niat, belajar untuk terus konsisten bergerak, serta belajar peduli
bahwa masih banyak orang yang sama-sama warga Indonesia tetapi butuh
difasilitasi oleh kita yang selama ini begitu mudah mendapatkan ilmu dan
informasi.
Yang membuat saya semakin yakin
untuk ikut #TurunTangan adalah rencana kedepan yang bukan sekadar program,
tetapi riil pergerakan.
Bukan hanya kami yang boleh ikut. Semua
orang boleh, termasuk yang sedang membaca tulisan ini.
Kalian boleh ikut #reresik pantai
goa cemara bersama #TurunTanganYK tanggal 2 Februari 2014 yang akan datang.
Ngapain #reresik pantai? Karena kekotoran pantai tak akan selesai dengan
program tak berbuah pergerakan.
Pertanyaan yang pasti muncul adalah,
“Kalau Pak Anies kalah, emang mau diterusin?”.
Pertanyaan itu juga bagian agar
terus meluruskan niat. Maka dari awal, yang harus tertanam adalah bergerak
untuk bangsa dari hati, belajar tanpa henti, dan bukan bergerak karena
menginginkan kekuasaan.
Komentar
Posting Komentar