Langsung ke konten utama

Sebuah Refleksi: Tuhan Tahu, tapi Menunggu.



Sebuah Refleksi:
Tuhan Tahu, tapi Menunggu.

            Saat jalanan ramai dengan bunyi-bunyian terompet dan suara petasan yang tak kalah heboh dengan saat bulan Romadlon, ada beberapa orang yang memilih menjalani rutinitas seperti biasanya, ada pula yang memilih berdiam diri, merenungi yang telah dilakukan setahun kemarin dan yang akan dilakukan setahun mendatang.
            2014 adalah satu dari sekian tahun yang menurut saya merupakan proses titik balik dalam hidup. Terlalu banyak momentum yang diberikan Allah, yang tak pernah terpikirkan, terbayangkan, apalagi jadi keinginan. Setahun kemarin saya dipertemukan dengan banyak orang luar biasa. Orang-orang yang begitu memahami makna perjuangan, mereka yang memilih membentuk jati diri dari pada sekadar mencari, hingga orang-orang yang selama ini saya pikir begitu kuat dan kokoh, tetapi ternyata juga memiliki titik lemah.
Setahun kemarin, saya diingatkan bahwa segala cobaan yang diizinkan Allah menghampiri kita, sesungguhnya bukti kepercayaan Allah pada makhlukNya. Yang lebih menakjubkan, pelajaran-pelajaran berharga justru tak saya dapatkan dari pengalaman diri sendiri, tetapi dari orang lain. Banyak orang datang dan pergi dengan segala gejolaknya. Beberapa orang ‘baru’ memilih untuk hanya datang sekali, berbagi cerita, lalu pergi. Di situ, saya menyadari bahwa mungkin ada beberapa orang yang lebih nyaman berbagi cerita dengan orang yang baru ia kenal, lalu memilih pergi lagi dan berharap tak ada pertemuan selanjutnya. Ia bukan jahat karena begitu mudah pergi. Ia hanya ingin didengarkan.
Saya diberikan kesempatan memilih dan melakukan hal yang sebelumnya tak pernah terbayangkan sedikitpun. Banyak kejutan yang Allah berikan. Banyak sekali. Rasanya seperti menemukan banyak ‘ruang belajar’ baru. Fokus kehidupan yang sebelumnya, “Di manapun diri berpijak, di situlah manfaat harus ditebar,” berkembang menjadi, “Di manapun diri berpijak, tebarkan manfaat dan carilah pelajaran.” Bahkan tak jarang, saat saya berharap dapat menebar manfaat di suatu tempat, Allah justru berikan bonus berupa pelajaran. Yang membuat takjub dan geleng-geleng, pelajaran yang saya dapat selalu lebih banyak dari manfaat yang coba saya tebar.
Orang-orang yang selama ini saya kenal kuat juga membuat saya sadar bahwa kita, manusia, harusnya bersyukur karena diberikan kelemahan. Saya bahagia melihat mereka mulai menghadapi kelemahannya. Bukan saya bahagia di atas penderitaan orang lain, tetapi saya bahagia karena percaya bahwa mereka akan selalu punya alasan untuk berjuang lebih keras, terlebih dalam menghadapi kelemahannya. Teruntuk orang-orang kuat disekitar saya, selamat, karena kalian akan tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. J
Diizinkan menemukan ‘dunia baru’, adalah berkah tak terbantahkan di 2014. Saling mengenal, mengerti, belajar, memotivasi, mengingatkan. Semuanya betul-betul bukti Allah tak pernah punya jarak dengan kita. Terima kasih, ‘dunia baru’, untuk segala waktu, optimisme, kebersamaan tuk saling mengingatkan dan menguatkan. Pelajaran yang ada adalah, kita memang belum tahu bagaimana akhir cerita, sebab Allah ingin kita banyak belajar. Dan, bagaimanapun cerita akhirnya, semua takkan mudah membias karena jejak dengan pondasi yang kuat. Kita tak boleh lupa dengan semangat memperjuangkan yang layak diperjuangkan. Tentang nilai-nilai kedewasaan yang makin tumbuh dan menguatkan, dan tentang ratusan waktu obrolan yang penuh perenungan dan syukur yang membuncah. Kita tak boleh tinggalkan tentang sabar yang pasti temukan jalan, serta tentang keyakinan yang harus selalu dikuatkan.
Memulai 2015 adalah waktu yang tepat untuk sejenak memejamkan mata, meyakinkan diri untuk melanjutkan perjuangan. Ya, kita pasti sudah merencanakan segala hal yang ingin kita perjuangkan. Menyusun mimpi-mimpi baru agar selalu punya alasan untuk jadi manusia yang makin kuat berjuang, menyiapkan diri menjadi pejuang yang tak kalah karena medan. Sekalipun kita mulai tahu apa dan siapa yang layak diperjuangkan, nyatanya, kita masih saja belum tahu, dengan siapa kita nantinya kita akan berjuang. 2015, Tuhan Tahu, tapi Menunggu. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...