Langsung ke konten utama

Yang Tiba-Tiba Datang.

Di langit yang membiru, ada pelangi yang membentang, berlapis warna yang indahnya tak teralihkan.
Semua insan tersenyum, bahkan rela menghabiskan waktu tuk memerhatikan hamparan pelangi hingga ia pergi.

Kau tahu, kenapa Tuhan ciptakan pelangi dengan semburat warna yang cantik?
Karena warna adalah hakikat hidup di dunia.

Dunia ini lucu, ya.
Banyak orang mahir memadumadankan warna.
Bukan hanya ingin meniru pelangi.
Bahkan, banyak orang yang mahir mencampurkan warna, hingga menghasilkan warna baru.

Orang-orang yang datang itu, kadang gamang.
Haruskah ia datang dengan membawa warna baru?
Atau, haruskah ia datang dan mengikuti warna yang sudah ada?

Jalan ini, kadang konyol.
Ada yang datang, ingin mewarnai, seolah-olah hendak melengkapi warna yang telah terpatri.
Sayang, warna yang dibawanya, begitu saja berubah.

Pastel-pastel itu memuram, bahkan tak jarang membuat kita terbungkam.
Setelah begitu mudahnya merusak warna, dia pergi, tanpa permisi.
Dia mungkin lupa, warna kelam itu jelas masih mewarnai tempat yang baru saja ditinggalkannya.

Ada yang memintanya kembali, menawarkan tuk lagi menyempurnakan warna.
Menyusun pastel-pastel lembut dan menutup yang kelam.
Sayangnya, ia tak mau. Mungkin lupa dengan warna yang diciptakannya?

Ada yang kemudian bersusah payah mengembalikan pastel-pastel lembut itu, sendirian.
Berkali-kali ditutupnya warna kelam itu, agar pastelnya menempel sempurna.

Lalu tiba-tiba, si pencipta kelam datang kembali.
Ia melihat warna-warna cerah, ia kembali membawa warna.
Ia seolah lupa pada muram yang mati-matian ditutup dengan sempurna.

Dunia ini lucu, ya.
Ibarat taman dengan bunga penuh warna,
Ada yang datang, mengajak tuk menanam, lalu pergi dan lupa menyiram.
Tiba-tiba ia datang lagi, mengajak menanam lagi.
Ia bahkan mungkin tak mengerti, ada yang sekuat tenaga meyakinkan diri bahwa ia mampu merawatnya sendiri.
Ia mungkin tak tahu, betapa sulitnya merawat dan menyiram seorang diri.

Sayang, selalu ada yang tiba-tiba datang, tanpa menanyakan kabar warna yang sebelumnya ia tinggalkan.

*Refleksi 3 Syawal, untuk sahabat yang akan terus dikuatkan Sang Penenang*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...