Langsung ke konten utama

Jadi, Cinta Itu..................

   Katanya, Tuhan menciptakan manusia untuk hidup bersama-sama. Ya, karena manusia makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri. Dihidupnyapun, manusia tidak jauh dari cinta. Lantas, adakah mencintai juga tidak bisa ‘sendiri’? Padahal pada umumnya yang terjadi, ia datang tanpa permisi dan tengok kanan kiri. Bukan karena siapa kamu tetapi karena kamu dan aku manusia. Sesama makhluk Tuhan, saling mengasihi, memberi tak harap kembali, mengerti tiada henti. Sesimple itu ternyata, sebuah cinta.

        Orang sibuk membicarakan betapa wajar jika cinta itu buta, dan diartikan wajar pula jika sesuatu, seseorang, hancur karena cinta. Ah, andai mereka tahu bagaimana cara memperlakukan cinta. Adakah kiranya mereka berpikir, sesungguhnya mereka yg menghancurkan cinta. Bukan dihancurkan cinta. Tidakkah manusia yg bisa mengendalikan rasa cinta. Bukan sekedar cinta yang mengendalikan manusia. Terkadang manusia lupa. Mengatakan cinta itu buta tanpa tahu seperti apa kebutaan yang dimaksud. Sesungguhnya cinta membutakan manusia, atau manusia yang membuat cinta itu menjadi buta? Jangan memungkiri. Jawab saja dalam hati.

                Kemudian, ketika timbul pertanyaan “sebesar apakah cintamu padaku?”. Ijinkanlah seseorang balik bertanya “bagaimana cara mengukur kadar kecintaan kepada seseorang?”. Kuberikan cinta, kepada orang yang bisa menjawabnya. Anyone?

                Sebesar, seluas, segila, sebagaimana. Agaknya tidak bisa mewakili bagaimana sebuah cinta hadir, dirasakan, dianggap anugerah bagi yg sedang bahagia, dianggap sampah bagi yang merasa terluka. Ketika kebahagiaan menyelimuti sebuah cinta yang baru, tiada berbeda dengan ketika kita sedang membangun sebuah mimpi, dan begitu menggebu untuk mewujudkannya. Meraih semangat itu mudah. Menjadikan semangat itu istiqomah, ternyata tidak bisa di ‘belakang’ kan. Sama dengan cinta. Merasa cinta itu mudah. Faktornyapun banyak. Namun bagaimana cinta itu istiqomah, siapa bisa menjawabnya kecuali waktu?

                Ketika seseorang dianggap terlalu sabar dan bodoh, mencintai orang lain yang dianggap khalayak ramai telah menyakiti. Orang seakan lupa dan tidak terpikir. Mereka hanya punya dua anggapan. Terlalu sabar atau bodoh? Andai semua orang tahu, mungkin itulah cinta yang istiqomah. Ketika pada akhirnya sepasang wanita dan lelaki saling merelakan. Salah satunya harus meninggalkan, dan yang satunya ditinggalkan. Dan, ketika itulah cinta dianggap hancur. Tidakkah ada yg berpikir, apa yang terjadi pasca hal itu terjadi, adalah pembuktian bagaimana sebuah cinta tidak bisa berbohong.

                Semudah apa lelaki yang meninggalkan lupa, semudah apa wanita yang ditinggalkan tetap merasakan cinta yang begitu ikhlas. Bagaimana ketika berusaha menyadari bahwa cinta bukan sekedar antara si lelaki dan wanita. Namun juga Tuhan yang Maha Cinta. Yang mempertemukan dan memisahkan mereka. Ketika orang lain sibuk meratapi kesedihan karena ditinggalkan, ia lebih memilih mendo’akanmu. Mendo’akan kehidupanmu diluar sana, dimana iapun tidak tahu kau sedang apa, bahkan sudah punya cinta yang baru atau belum.

                Do’anya begitu dalam. Bahkan ia tidak segan mendo’akanmu lekas bertemu jodoh dan bahagia. Berdo’a untuk kebahagiaan dan perjuangan hidupmu. Ia melakukannya ketika wanita lain sibuk menangis karena tidak terima dan sedih ditinggalkan. Sejak saat kau meninggalkannya, ia justru sibuk menangis dalam do’anya. Do’a yang ia panjatkan untukmu. Ya, ia menangis berharap Tuhan mengabulkan do’a-do’anya untukmu.

                Ia tidak pernah peduli bagaimana kau mengingatnya, setega apa kau lupa terhadapnya. Sebahagia apa kau dengan pasangan barumu. Yang seperti itu, bolehkah aku menolak itu bukti cinta yang buta? Sungguh, ini antara ia yang mendo’akanmu dan Tuhan yang punya kuasa mengabulkannya. Bukan tentang kebutaannya terhadap cinta.

                Ia tidak tahu sedang bahagia atau bermuram durjakah kau. Ia peduli, namun tidak sibuk berpikir apa yang bisa ia lakukan. Ia terlalu menyadari segala keterbatasannya. Ia hanya sibuk mendo’akanmu. Wanita yang katanya makhluk Tuhan yg lemah, ia sibuk mendo’akanmu tiada henti. Jangan kemudian berpikir ia juga berdo’a kepada Tuhan agar kau kembali padanya. Ah, andai kau tahu ia terlalu sibuk mendo’akan segala yang baik untukmu dan tidak pernah sempat berpikir kau bisa kembali padanya. Tiada merasa pantas dan percaya kau akan menemukan yang lebih darinya.

                Kemudian, entah Tuhan mengabulkan do’anya atau ‘menepuk bahumu’. Menyadari bahwa kaupun ternyata masih mencintainya. Berharap ia mau kembali kepadamu. Andai kau bisa membaca perasaannya. Ia justru bertanya-tanya pada Tuhan. “Tuhan, adakah hamba yg terbaik hingga ia kembali pada hamba? Bukankah tempo hari hamba berdo’a agar dia dapatkan yang jauh lebih baik?”
                Terkadang iapun tidak tahu bagaimana menunjukkan betapa besar cintanya padamu. Mencintaimu, namun tidak bisa melakukan apa-apa untukmu. Menjagamu, mendampingi dan selalu ada untukmu. Adalah waktu itu, dimana ia kembali berdo’a kepada  Tuhan untuk selalu melindungimu. Ia begitu ingin mengabdikan diri kepada pasangannya kelak, dan berharap itu kau.

                Ia mencintaimu bukan sekedar karena kepedulianmu. Bukan sekedar karena kata-kata “aku mencintaimu”. Ia mencitaimu, mencintai ilmumu. Dia mulai sadar mengapa cintanya begitu tiada henti kepadamu dan tetap pada lindungan Tuhan. Ilmumu yg penuh cinta, Tuhan yang mengijinkan ia mencintaimu. Cintanya belum pudar, karena ilmumu belum pudar pula. Berbagi cinta artinya berbagi ilmu.  Begitu sebaliknya. Dan, ketika ilmu adalah caramu mencintainya serta do’a adalah caranya mencintaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...