Sabtu, 3 November 2012.
Akhirnya pada hari itu saya
diberi ijin untuk hadir di “Obrolan Sabtu” (semacam talk show anak-anak UGM
2011 dan 2012). Sore itu, jam 15.30 WIB kami berkumpul di lapangan tengah
kantor rektorat UGM untuk menanti kedatangan Giovanni Van Empel (biasa dipanggil
Mas Sinyo). Mas Sinyo adalah Presiden BEM KM UGM saat ini.
Pada kesempatan itu, kelas yang
ditawarkan adalah kelas memimpin. Bersama Mas Sinyo, kami mendengarkan bagaimana
ia dan hidupnya hingga akhirnya sekarang bisa menjalani kiprah sebagai
mahasiswa kedokteran UGM sekaligus menjabat sebagai presiden BEM KM UGM. Selama
ini image yang terbangung dari anak kedokteran adalah sosok anak-anak yang
lebih memilih focus dengan akademiknya sehingga jarang muncul dalam
kegiatan-kegiatan organisasi kampus.
Lalu, mengapa Mas Sinyo memilih
dan mau terjun dalam kegiatan kampus hingga menjadi presiden BEM? Ketika Mas
Sinyo memulai kelas sore itu, yang pertama kali dikatakan adalah tentang “Diffenet
is not always better, but the best is always different”. (Berbeda belum
tentu lebih baik, tetapi yang terbaik selalu berbeda).
Kutipan tersebut sangat menarik
dan membawa saya jadi memahami bahwa memang tidak selamanya ketika kita ingin
berbuat sesuatu yang berbeda, kita akan menjadi lebih baik daripada yang lain. Ini
memang tidak lepas seluas apa kita berpikir sebelum kita melakukan sesuatu. Jangan
hanya karena ingin berbeda kemudian berani melakukan hal-hal yang tidak
dilakukan orang lain tanpa memikirkan dampaknya.
Sebagai mahasiswa, di awal dunia
perkuliahan tentu kita merasakan masa transisi dari SMA ke mahasiswa. Belajar mengenal
diri sendiri. Disini memang kita tidak bisa terus-menerus mengejar untuk
menuruti hasrat dengan meninggalkan logika. Sama seperti ketika kita ingin
berbuat sesuatu yang berbeda tadi. Hanya menuruti hasrat ingin bisa berbeda
dari orang lain tanpa memikirkan dampak sama saja cari penyakit.
Tetapi mengapa yang terbaik pasti
selalu berbeda? Menjadi yang terbaik mungkin gambaran dari hasrat dan logika
yang seimbang. Belajar mengenal diri dengan mengetahui waktu-waktu efektif
untuk melakukan sesuatu merupakan salah satu langkah konkrit untuk menjadi yang
terbaik.
Bicara tentang pemimpin, banyak
anak muda yang ingin menajdi seorang pemimpin. Sebenarnya apa saja yang bisa
dilakukan jika ingin belajar menjadi seorang pemimpin?
Selain mengenali waktu efektif
untuk melakukan segala sesuatu (termasuk belajar), mengekspose diri terhadap
lingkungan bisa menjadi bekal kita jika ingin menjadi seorang pemimpin. Ketika kagum
melihat sesuatu, jangan hanya berhenti pada kata ‘wah!’ tetapi cari tahu
mengapa hal tersebut bisa menjadi hebat, dan coba diterapkan. Tidak ada batasan
dalam belajar, dimanapun, kapanpun, dan dari siapapun.
Seorang pemimpin harus berani untuk sendiri dan bangun jaringan
seluas-luasnya. Ibarat kesasar, jangan pernah takut walaupun sendirian. Kalau kata
ayah saya, “tenang saja. Wong masih di dunia kok. Coba kalau kesasarnya di
akhirat”. Sekedar intermezzo saja :D
Berinovasi, tingkat kedalaman
ide, dan efektifitas sangat penting dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin selalu
dianggap sebagai gudang ide dan penggagas. Oleh karena itu belajar dari
sekarang untuk berinovasi dan memperdalam ide. Katanya mau jadi pemimpin?
Lalu bagaimana sih kepemimpinan
yang berkualitas?
“keinginan untuk introspeksi diri harus kuat!”, begitu yang
diungkapkan Mas Sinyo.
Seorang
pemimpin yang berkepemimpinan adalah sosok yang tidak malu untuk selalu
introspeksi diri dan menyadari perlunya belajar dari siapapun. Menciptakan turning
point juga sangat perlu dilakukan oleh seorang pemimpin. Pastikan segala
sesuatu untuk menjadi mungkin. Keputusan untuk berani bergerak harus dilakukan.
Bukan hanya berakhir pada niat.
Jangan pernah
punya cita-cita menjadi seorang pemimpin yang tidak mempunyai ‘isi’. Menjadi pemimpin
haruslah berani melihat lebih jauh dari pandangan orang yang kita pimpin. Ketika
mereka berani melihat 2 langkah ke depan, seorang pemimpin harus berani melihat
10, bahkan 100 langkah kedepan. Kematangan dalam melihat dan menyikapi sesuatu
memang sangat dibutuhkan seorang pemimpin yang berkepemimpinan.
Pemimpin
yang baik adalah sosok yang berwawasan luas dengan berbagai cara selain
mengekspose diri. Jangan pernah malu belajar kapanpun dan dimanapun. Nabi Muhammad
saja bisa belajar sampai ke negeri China, kan? :)
Realitanya
sekarang adalah banyak orang yang terlalu mendewakan symbol. Tradisi literasi
sangat kental. Orang sering berpikir dan menjadikan Negara-Negara maju sebagai
kiblat hanya karena penggunaan Bahasa. Orang yang mahir berbahasa inggris,
misalnya. Selalu dijadikan simbol pintar dan maju.
“Jangan khawatir. Memangnya Inggris dan Amerika maju karena
orang-orangnya yang bisa bahasa inggris? Enggak kan? Ya itu memang bahasa
mereka. Jangan selalu dijadikan patokan”. Begitu ujar Mas Sinyo. Ini menggelikan
karena memang bahasa Inggris adalah bahasa mereka, tetapi memotivasi saya untuk
tidak takut maju (walaupun tidak mahir Bahasa Inggris).
Seorang
pemimpin perlu sering berefleksi dan merenung. Flashback tentang apa
yang sudah dilakukan untuk orang-orang yang dipimpin dan berpikir apan yang perlu
dilakukan agar langkah selanjutnya bisa lebih baik. Hal ini tentu saja
mengindarkan diri dari sikap sombong karena kita akan selalu menemukan
kekurangan dalam bersikap dan berusaha untuk lebih baik lagi.
“Merasalah bodoh dan bersikaplah seperti anak kecil dalam
belajar”. Mas Sinyo menambahkan.
Membangun
nilai kepemimpinan memang tidak selalu ideal. Banyak orang yang mempunyai
jaringan yang luas tetapi tidak mempunyai kapasitas (tidak menjadi sosok
pemimpin yang mempunyai ‘isi’). Banyak orang yang terpilih menjadi seorang
pemimpin hanya karena luasnya jaringan tanpa melihat kapasitas ia
berkepemimpinan atau tidak. tetapi sebaliknya, banyak pula sosok yang
berkapasitas tetapi tidak bisa menjadi seorang pemimpin.
Jika kita
ingin menjadi pemimpin yang mempunya nilai kepemimpinan, bangunlah kapasitas
diri. Jangan banggakan simbol sehingga pada akhirnya kita justru menjadi
pemimpin yang tidak mempunyai nilai kepemimpinan. Orang yang berkepemimpinan
tidak mempedulikan simbol dan posisi. Eksistensi dan kapasitas menjadi lebih
penting daripada sekedar memikirkan posisi.
Pemimpin
bukan ketika nilai akademik kita oke. Menjadi seorang pemimpin bisa dilakukan
dengan cara tidak lelah mencari pengalaman. Keluar dari comfort zone
(zona nyaman) dan melakukan hal-hal baru bisa menjadi bekal. Jangan sampai
menyesal karena tidak pernah mencoba.
Menjadi
seorang pemimpin bukan berarti kita selalu yakin dengan apa yang kita pikirkan
dan beranggapan bahwa segala sesuatu yang kita ingin dan pikirkan pasti benar. Jangan
pernah takut meminta pendapat orang lain, sekalipun orang yang kita pimpin.
Tetapi pada
akhirnya tetaplah seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan. Sebagai manusia
kita dipinjamkan kehendak dan kekuasaan. Gunakan itu sebaik-baiknya. Ingat,
kita hanya dipinjamkan. Bukan diberikan.
Memimpin
berarti kita berhubungan dengan banyak orang. Membangun kepercayaan orang lain
sangan penting dalam kepemimpinan. Itu juga akan menumbuhkan komitmen pada diri
kita karena kita tidak melakukan sesuatu untuk diri sendiri tetapi untuk dan
berhubungan dengan orang banyak.
Dalam
memimpin, kita akan menemui berbagai masalah. Apa sih masalah? Masalah adalah
kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan. Dalam menghadapi
segala sesuatu, kita mengenal yang namanya konsekuensi. Ingat, konsekuensi
tidak dibangun dalam waktu semalam. Akan ada proses panjang untuk menjalaninya.
Memimpin
orang lain maka kita juga harus bisa memimpin diri kita sendiri. Sebagai anak
muda, kita perlu memahami diri kita sendiri dengan mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika diri benar-benar jenuh. Anak muda identik dengan mimpi. Kita bukan
hanya sekedar perlu membangun mimpi. Kita juga perlu merefleksi mimpi karena
tidak semua mimpi yang kita inginkan ternyata membawa kepada kebaikan. Jangan pernah
takut untuk gagal. Ketika kita merasa gagal, maka kita harus mencari cara yang
lebih efektif untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.
Bagaimana,
anak muda? Sudah siap menjadi seorang pemimpin yang berkemimpinan? Semoga review
tentang kelas memimpin “Obrolan Sabtu” ini bisa menginspirasi teman-teman
semuanya. Selamat beraksi, para pemimpin muda :)
Komentar
Posting Komentar