Langsung ke konten utama

Hero

Minggu terakhir di bulan April adalah waktu paling sibuk tapi membahagiakan bagi kami, keluarga relawan Turun Tangan Jogja (@turuntanganYK) . Jum'at (26/4), kami berombongan menghadiri acara Mata Najwa on Stage di GSP UGM.-setelah malam sebelumnya sibuk dengan bedah buku "Melunasi Janji Kemerdekaan" yg dihadiri lebih dari seratus orang, padahal persiapannya hanya dua hari.- Pagi itu, ada dua hal yg kurasakan. Lelah fisik, tapi batinnya bahagia luar biasa. Kehadiran Pak Anies di Jogja jelas memberikan suntikan semangat bagi kami.

Kami siap #MerahkanGSP !

Pukul 08.30 WIB, sesampainya aku di GSP UGM, selain relawan turun tangan Jogjaa, ada relawan dari Bandung dan Klaten yang sudah standby.
Untuk kesekian kalinya, hatiku dibuat bergetar. Asli, anak-anak turun tangan betul-betul pejuang.

Kami berkumpul di satu titik setelah sebelumnya bersepakat mengenakan kaos turun tangan untuk menghadiri acara ini.

Lokasi mulai ramai, dan kami ikut bergabung bersama para peserta yg menunggu pintu ruangan di buka.

Kami bahkan beberapa kali ngobrol dengan bapak-bapak di sana.
"Tim suksesnya Anies Baswedan, Mbak?" Tanya beliau.
"Kami berjuang bukan untuk Pak Anies saja kok, Pak." Kupamerkan senyum termanisku. Beliau nampak kaget mendengar jawabanku.
"Kami berjuang, bersama Pak Anies, untuk Indonesia." Lanjutku. Dan beliau tersenyum sumringah sambil menganggukkan kepala.

Tidak semua relawan turun tangan Jogja dapat berkumpul sejak pagi. Beberapa relawan juga harus turun tangan di tempat lain, kampus dan kantor.
Lagi-lagi ini membuatku merinding bangga.

Setelah menunggu hingga siang dan melawan teriknya matahari, kami akhirnya bisa masuk. Dan yang lebih bahagianya lagi, rasa lelah menunggu di lokasi sejak pagi itu, rasanya hilang setelah kami bisa masuk ruangan, dan....., duduk di depan.

Barisan depan penuh dengan warna merah dari rombongan turun tangan.

Para narasumber yang hadir di acara tersebut merupakan bagian dari orang baik yang harus di dukung. Kang Emil, Pak Mahfud MD, Pak CT, dan Sri Sultan, dan tentunya Pak Anies Baswedan merupakan sosok pejuang masa kini.

Kata demi kata yang beliau-beliau lontarkan semakin membuat semangat kami bergelora.

Pak Anies, dengan senyum khasnya, menyapa kami dari atas panggung. Semua perkataa beliau membuat kami merefleksi diri dan ingat niat awal untuk ikut berperan perbaiki negeri ini, bergerak berdaulat, dan mendukung orang baik.

Beberapa kali aku melihat Kang Emil dan Pak CT yang nampak takjub dengan barisan merah di bagian depan yang sejak awal acara terlihat antusias.

Di Mata Najwa on Stage juga ada penampilan dari Sentilun (Butet Kertarajasa). Guyonannya yang tak kadang penuh sindirian itu bukan hanya membuat kami tertawa, tapi juga menggelengkan kepala.

"Jadi, selama ini, politik dan kepemimpinan di Indonesia layak jadi guyonan, ya? Lucu." Tanyaku dalam hati.
Ini membuat semangatku meningkat. Semakin yakin bahwa semua ini tidak akan baik-baik saja jika kita hanya diam dan serahkan semuanya pada pemerintah.

"Anies Baswedan ini, cocoknya jadi ketua FPI. Front Pembela Indonesia. Wes, Indonesia banget pokoknya." Kata Mas Butet dalam penampilannya.

Rombongan relawan turun tangan langsung berteriak lantang, pertanda setuju dengan apa yang beliau ungkapkan.

Di akhir acara, Mbak Najwa Shihab bertanya pada para narasumber, "Kalau di suruh milih, pingin ngambil kekuatan dari super hero siapa, untik memimpin Indonesia?".

Para Narasumber sibuk menyebutkan tokoh-tokoh yg mereka inginkan. Mulai dari Batman sampai Iron Man.

Lalu, bagaimana dengan Pak Anies?
"Menurut saya, pemimpin itu bukan sekadar yang bisa jadi hero, tapi yg bisa menciptakan dan menggerakkan hero-hero lainnya untuk ikut turun tangan. Saya pilih The Avangers." Jawab beliau.

Tepuk tangan meriah langsung terdengar. Para relawan yang hadir bahkan sampai ada yang standing applause.

Terima kasih sudah pulang ke Jogja dan menyuntikkan semangat bagi kami relawan turun tangan Jogja, Pak Anies. Salam pejuang!

Salam,
Rizka Amalia,
1 dari 23.000+++++ relawan turun tangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...