Orang bijak bilang, esok adalah misteri. Ya, cuman Tuhan yang tahu apa yang akan kita hadapi esok hari. Ah, lima menit dari sekarang juga termasuk masa depan. Ya kan?
Anehnya, sudah tahu kalau masa depan itu ada di tangan Tuhan. Sudah tahu kalau hakikat manusia itu berusaha dan berdoa. Namun, entah disadari atau tidak, kita sering meramalkan masa depan.
Meramalkan? Ya. Mempertanyakan juga iya.
"Tapi kita harus lihat, dong. Ada progress atau tidak."
Iya, itu perlu. Namun, kalau kekhawatiran itu justru membuat kita sibuk menduga-duga kemudian lupa melibatkan Tuhan, gimana, ya?
Tiga hal yang perlu kita ingat, kita jadikan pegangan:
1. Tugas manusia bukan meramalkan masa depan, tapi memperjuangkannya.
2. Manusia mahir berencana, tapi Tuhan Maha Pelaksana.
3. Prioritas dan passion bisa berubah kapanpun. Yang penting sekarang adalah perjuangkan.
Innallaha ma'ana. Jika kita sibuk meramalkan dan khawatirkan masa depan, lalu bagaimana Tuhan akan membersamai kita?
Libatkan Tuhan dalam tiap langkah dan proses.
Berprasangka baiklah kepada Tuhan.
Ingat, sibukkan diri memperjuangkan masa depan. Bukan meramalkan dan mengkhawatirkan.
Kalau kita mau mengambil keputusan untuk masa depan, tapi kita bimbang, khawatir, tidak yakin, itu juga pasti dari berbagai pertimbangkan.
Kalau tidak yakin, tidak mantep, jangan ragu mengubah prioritas asal pastikan niat dan prosesnya baik.
Lima bulan yang lalu, aku ingin jadi menteri pendidikan. Lalu malam ini passion dan prioritasku berubah. Aku mau, nantinya jadi istri dan ibu siaga. Masalah? Menurutku tidak. Hehehe..
Ya, kalaupun aku tak jadi menteri pendidikan, mungkin nanti aku ngurusi menteri dan calon menteri. Who knows? :))
Urip gur mampir ngilmu. Mari berjuang bersama Tuhan :)
Salam lesung pipit kanan,
-Rizka-
Komentar
Posting Komentar