Perempuan baik
akan dipersatukan dengan lelaki yang baik. Begitupun sebaliknya. Kata-kata ini
sering kita dengar dan menjadikan alasan utama kita terus memperbaiki diri.
Sudah sekitar tiga bulan terakhir, banyak teman perempuan yang curhat masalah
jodoh. Nah, yang curhat ini kebanyakan lebih tua dari pada saya. Entah mengapa
mereka memilih curhat pada anak polos macam saya yang belum tahu juga siapa
jodohnya.
Mbak-mbak yang
curhat sama saya ini kebanyakan orang-orang shalihah yang udah lolos standar
uji calon istri. Masalah utama yang sering jadi bahan curhat adalah tentang
pertimbangan dalam memilih. Iya, lah. Saking shalihah-nya jadi banyak pilihan
dan bikin bingung. #eeaaaa *kemudian ditoyor ramai-ramai*.
Masalah pilihan
ini biasanya tak jauh dari kriteria dan pertimbangan setelah menikah. Saya
salut karena teman-teman ini tak hanya memikirkan mau menikah pakai adat apa,
resepsinya seperti apa, tapi lebih memilih memikirkan hari-hari setelah akad
nikah terlaksana. Suami shalih lebih berharga dari pada mewahnya resepsi. Yoih
banget!
Memilih pasangan
tak hanya masalah tuk dijadikan suami, tetapi juga menjadi ayah bagi anak-anak
kita kelak. Maka wajar saja kalau banyak perempuan yang penuh pertimbangan.
Namun sesungguhnya hal penting ini justru sering jadi masalah yang mengalihkan
hal utama. Ridlo Allah.
Kita percaya bahwa
jodoh, rizki, Allah-lah pengaturnya. Kita percaya bahwa sudah ada satu nama
yang Allah siapkan tuk mendampingi kita dalam suka dan duka dalam ikatan
pernikahan yang suci. Lalu kenapa masih banyak perempuan yang galau saat
mempertimbangkan calon suami?
Kita memang sudah
percaya kalau Allah sudah siapkan jodoh. Namun sudahkan kita mempercayakan?
Sebelum kita sibuk menentukan kriteria dan pilihan, sudahkah kita ‘bicara’
padaNya, mohon izin dan bimbinganNya? Kasus yang banyak saya temui, banyak
teman yang sibuk mempertimbangkan sampai sering lupa ‘ngobrol’ sama Allah. Pada
akhirnya kebimbangan itu jadi masalah jangka panjang.
Kebimbangan muncul
karena belum ada keyakinan atau mungkin terlalu banyak pilihan. Nah, ‘ngobrol’
sama Allah ini sesungguhnya tak hanya tentang menunjukkan siapa yang harus
dipilih. Lebih dari itu, efeknya adalah masalah keyakinan dan ketenangan hati.
Jika selama ini kita terlalu sibuk mempertimbangkan sendiri, kok rasanya
sombong sekali sama Allah. Lho kenapa? Soalnya kita enggak jadikan Allah ‘pintu’
pertama untuk memilih.
Ibaratnya, kita
percaya Allah itu ada. Namun sudahkah kita mempercayakan segala yang ada pada
Allah? Kita percaya bahwa Allah sudah siapkan jodoh. Namun sudahkah kita
mempercayakan segala pilihan pada Allah? Semoga terlalu sibuk mempertimbangkan
dan memilih tak membuat kita lupa pada Yang Maha Memilihkan.
Komentar
Posting Komentar