Segala Interaksi Adalah Inspirasi.
Oleh: Rizka Amalia Shofa
Seorang dosen ilmu
ibadah dan akhlaq (namanya Pak Djun. Mohon doa agar beliau selalu sehat biar
bisa terus sebarkan ilmu) pernah mengingatkan tentang keshalihan. Ini mungkin
sangat sensitif karena sesungguhnya urusan shalih atau tidaknya manusia
adalah urusannya dengan Allah. Zaman masih sekolah dulu, dari penjelasan dan
cerita guru, yang kita tahu tentang shalih adalah orang yang rajin beribadah
pada Allah. Rajin shalat, rajin ngaji, hobinya sedekah.
Pak Djun bilang,
kita tak boleh menutup mata dan hati jika berbicara tentang keshalihan. Allah
telah menciptakan orang shalih sesuai konsep kehidupan. Ada kehidupan individu
dan ada pula kehidupan sosial. Begitu pula dengan keshalihan. Ada yang namanya
keshalihan individu (hablu minallah) dan keshalihan sosial
(hablu minannaas). Masalah keshalihan individu ini, biarlah jadi urusan
si pelaku dan Allah. Lalu bagaimana dengan keshalihan sosial?
Kita tentu
mengenal istilah ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Keduanya
tak lepas dari bagaimana kita berinteraksi dengan sesama makhluk Allah. Interaksi
yang diharapkan tak hanya jadi pelengkap dan pengisi waktu luang, tetapi juga
menebar manfaat. Sebagai Pencipta, Allah selalu saja punya banyak cara untuk
memberikan motivasi dan mengingatkan kita, termasuk melalui interaksi. Jadi,
kita hanya harus berinteraksi dengan orang-orang yang selama ini sudah
terpercaya kebaikannya, agar terus mendapat motivasi dan tertular kebaikannya?
Ah, tidak juga. Sering
kali interaksi dengan orang-orang yang selama ini nampak banyak kekurangan dan
sering disebut sebagai ‘sampah masyarakat’ juga membawa motivasi dan tak kalah
menginspirasi. Jika beruntung, kita akan menemukan mereka yang justru memiliki
penilaian dan cara pandang yang berbeda tentang kehidupan. Dari berinteraksi
dengan mereka kita akan mengerti bahwa apapun prinsip yang mereka pegang saat
ini, tak muncul begitu saja. Prinsip-prinsip mereka tumbuh dan berkembang
karena segala perjalanan hidup yang telah mereka perjuangkan.
Jika saat ini
banyak motivator terkenal yang berhasil mencabut rasa putus asa, sesungguhnya
Allah telah menciptakan banyak motivator ulung yang tak pernah tercium
keberadaannya. Berinteraksi dengan orang-orang hebat ini, kita tak perlu lelah
blusukan langsung. Blusukan lewat sosial media adalah salah satu jalan ampuh
tuk menemukan para motivator ulung ini. Nah, makanya, kalau di twitter jangan
hanya memfollow akun patah hati dan galau. Membuka diri untuk mengenal lebih
banyak orang sesungguhnya adalah salah satu langkah untuk memancing kita tuk
tingkatkan keshalihan sosial.
Di sosial media,
saya berinteraksi dengan ratusan bahkan ribuan orang dengan berbagai latar
belakang. Catat, berinteraksi. Bukan sekadar memfollow. Orang-orang ini,
banyak yang terkenal, dan tak sedikit yang bukan public figure. Mulai dari presiden,
menteri, idola, menambah jaringan, hingga menambah sahabat, semuanya tentu bisa
didapat dari sosial media.
Saya takkan pernah lupa dengan Pak Agus Inspirator, seorang tuna
netra yang berhasil melatih grup band tuna netra hingga mendapatkan penghargaan
rekor MURI sebagai band tuna netra termuda. Kalis Mardiasih dan Bastian
Hidayat, dua orang ndeso yang berhasil nampar saya dengan segala motivasi dan
pencapaian mereka (yang tetap didominasi obrolan-obrolan ndeso yang ngangeni). Ayin,
bocah kecil yang masih belajar di Teknik Geodesi UGM tapi selalu membara kalau
diajak ngobrol tentang ke-maritim-an hingga cinta berbalut agama (uopooo).
Ah, orang-orang itu hanya segelintir yang berasal dari luar jawa. Saya
punya adik hebat lainnya (selain Ayin), di Universitas Tanjungpura. Namanya
Sundari (tapi saya memanggilnya Bunga. Dek Bung). Anak ini adalah salah satu
pemenang dari kuis yang pernah saya adakan. Gadis yang sekarang menjadi
mahasiswi kedokteran dengan bekal beasiswa ini dulunya cuma bercita-cita jadi
montir karena ingin melanjutkan pekerjaan ayahnya, dan ia ingin buktikan bahwa
tak semua montir perempuan itu identik dengan nakal. Ada pula montir perempuan
yang cerdas. Ia ingin buktikan itu, tapi Allah berikannya kesempatan jadi
mahasiswi kedokteran. Siapa yang menyangka?
Oh ya, Dek Bung adalah salah satu personel #kecelicious .
Sekelompok muda-mudi yang bertemu di twitter dengan berbagai passion dan saling bertukar semangat
lewat sosial media. Ada lima personel #kecelicious . Dek Bung adalah personel
paling muda dan sering dihujani motivasi serta petuah dari kami yang merasa
sangat tua. Ada Mbak Laratika Aghnia, muslimah singer asal Malang yang pernah didaulat
bernyanyi di acara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Gelora Bung Karno. Mbak Meichy,
motivator hijab syar’i yang bergerak di Jogja, dia juga salah satu penggerak
Demi Indonesia. Mas Juss (Jusman Dalle),
motivator, pengusaha, dan penulis media yang sudah punya satu anak. Lalu, satu personel
#kecelicious lainnya adalah saya.
Dari orang-orang yang sedikit saya ceritakan, saya sudah pernah
bertemu dengan Pak Agus Inspirator, Ayin, dan Mbak Laras. Lainnya? Saya hanya
berinteraksi lewat sosial media. Apakah saya satu bidang dengan mereka? Enggak.
Sesungguhnya keshalihan sosial bukan sekadar masalah kita pernah bertemu atau
tidak. Interaksi adalah tentang bagaimana kita membangun komunikasi bukan hanya
untuk mengisi waktu luang, tetapi juga memanfaatkan tiap kesempatan untuk
saling belajar dan memperbaiki diri.
Ada juga teman-teman Universitas Hasanudin yang pernah saya temui,
membawa spirit yang sama. Mbak Aprilia (lulusan Hubungan Internasional yang
juga spesialis make up), Aris Munandar (rekan rumpik yang baru pulang
dari pertukarang pelajar di Korea), Imam Hidayat (yang berkali-kali lolos lomba
karya tulis dan akhirnya membawa ia keliling dunia), dan Mbak Ammy (salah satu
pendiri SoulMagz, guru, dan aktivis wanita), mereka semua bergerak bukan untuk
mereka sendiri. Masing-masing ingin membuktikan bahwa anak UNHAS tak hanya hobi
demo dan rusuh. Mereka adalah pemuda-pemuda yang memiliki spirit berani
membuktikan daripada sibuk memikirkan asumsi orang. Saya begitu ingat bagaimana
saat merea berbicara tentang tujuan mereka sambil berkaca-kaca. Ketulusan tentang
pergerakan begitu nyata melekat pada diri mereka.
Orang-orang yang namanya saya sebutkan tadi hanya segelintir dari
banyak orang yang saya ‘temukan’ di sosial media, yang berhasil berkali-kali
menampar saya, sering kali membuat saya meneteskan air mata karena terharu dan
malu pada diri sendiri, membuat saya termotivasi untuk lebih giat lagi belajar
dimanapun, dengan siapapun, dan tentang apapun.
Diizinkan tumbuh pada masa yang tak dapat menghindari pergerakan
virtual melalui jaringan internet membuat saya berpikir bahwa sesungguhnya
makna interaksi begitu luas. Saya belajar menghargai orang lain, belajar untuk
tak lelah bersyukur dan berusaha, hingga sering mendapatkan bahan evaluasi diri
dari interaksi di sosial media.
BaikNya lagi, Allah izinkan saya bertemu dengan beberapa orang
diantara mereka, mempererat interaksi yang selama ini hanya terjadi di sosial
media. Dari sini saya belajar bahwa Allah meletakkan inspirasi dan energi pada
segala titik tempat kita berpijak. Jika selama ini kita sibuk bertanya dan merasa
sulit mencari inspirasi, cobalah lebih sering berinteraksi dengan banyak orang
lewat manapun. Berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Percayalah,
selain mengasah kepekaan, segala interaksi adalah inspirasi.
Komentar
Posting Komentar