Pagi ini, rasanya ada yang kurang dalam memikirkan negeri. Sekian waktu habis tuk sibuk kecewa pada pemimpin dan tiba-tiba berubah menjadi orang yang (seolah-olah) paham, lantas mencoba memperbincangkan solusi.
Pagi ini, yang menjadi tanya dalam diri adalah tentang celah yang membuat muramnya hari. Sepertinya, waktu memang habis untuk berbincang dengan kawan segenerasi. Lalu, apa yang kurang? Masih ada celah yang rasanya kurang terisi. Doa untuk pemimpin negeri yang harusnya menjadi perbincangan dengan Ilahi.
Lepas dari segala dukungan rakyat yang menjadi faktor utama menuju kursi tertinggi, takdir yang Allah gulirkan sebetulnya menjadi kunci. Tiada ada yang mampu terjadi tanpa Dia yang Maha Menghendaki. Sayangnya, kita sering lupa tentang hal ini. Pengetahuan yang menggunung takkan mampu menang dari hati yang terus berusaha mengimani.
Mendoakan pemimpin negeri adalah hal kunci, yang sayangnya (mungkin) lupa kita tekuni. Ibarat diri yang selalu memohon tuk dilindungi, begitu pula harusnya kita doakan para pemimpin yang sedang seolah lupa diri. Ya, jangan-jangan, selain karena lalai pada posisi, doa kita tak jua mendampingi.
Sebetulnya, kita ini yang sedang diingatkan oleh Ilahi. Dia ingin tahu seberapa besar kontribusi rakyat pada pemimpin yang sedang berusaha berdiri. Dia ingin ingatkan, bahwa gerakanNya tiada pernah terbatas pada satu sisi. Hubbul wathan minal iman tak hanya tentang mengkritisi, tetapi kesadaran tentang kuasa Allah yang selalu punya porsi.
Maka, sesombong apakah kita mampu mencaci, mengkritisi, lantas lupa pada petunjuk Ilahi yang pasti menuntun pemimpin di bumi pertiwi?
Komentar
Posting Komentar