Langsung ke konten utama

Para Ahli Doa

Doa adalah pengharapan kita pada Allah. Secara kasat mata, doa memang menyentuh ranah habluminallah karena kita memohon pada Allah. Namun sesungguhnya doa adalah salah satu kekuatan dalam habluminannaas karena tak jarang kita mendoakan orang lain.

Selama ini, kita (atau mungkin hanya saya) seringkali berdoa khusyu' hanya untuk hal-hal besar yang memang menjadi tujuan kita. Beberapa waktu terakhir, Allah ingatkan saya tentang hal ini. Saya dipertemukan dengan orang-orang yang (menurut saya) punya hobi berdoa. Mengapa saya bilang sebagai hobi?

Saat kita membicarakan kelebihan atau kemampuan orang lain, kita selalu memujinya, menyoroti apa saja keberhasilannya. Saking senangnya, sering kita lupa mendoakan. Saya sempat bertemu dengan orang yang hobinya mendoakan. Beliau senang sekali ngobrol dan enak diajak ngobrol. Beliau dengan antusias menceritakan orang-orang hebat disekitarnya, tempat-tempat yang pernah dikunjungi, bahkan orang yang sudah meninggal. Yang unik, tiap usai menyebut nama orang dan nama tempat, beliau selalu mengajak kami berdoa.

Contohnya saat beliau bercerita tentang kekaguman pada gurunya. Setelah menyebut nama dan sebelum memulai bercerita, beliau akan bilang "Kita doakan semoga beliau senantiasa sehat dan dapat terus berbagi manfaat ya". Itu baru satu. Itu baru cerita yang bagus. Semua cerita selalu dibubuhkan doa.

Kebiasaan beliau mendoakan semua orang itulah yang membuat saya tertampar. Ternyata selama ini kita (atau mungkin saya saja) sering keasyikan mengagumi kelebihan orang lain dan menilai kekurangan orang lain. Hanya menilai, dan tak mendoakan. Padahal doa itulah sumber keberkahan yang bersumbu pada perlindungan Allah. Saat kita membicarakan kelebihan dan kekurangan orang lain, ini menjadi konflik habluminannaas. Namun saat kita enggan atau lupa mendoakan, ini tentang habluminallaah. Mungkin kita harus lebih belajar melibatkan Allah pada tial langkah. Serumit apapun masalahnya, sehebat apapun orangnya, Allah-lah Sang Maha Menjaga. Maka jangan lupa tuk mendoakan. Ya, mininal biar waktunya ndak habis hanya untuk ghibah. Hehe :)

Di lain cerita, Allah juga pertemukan saya dengan orang-orang hebat yang selama ini sibuk berupaya menjaga dan menjalankan kepercayaan, tetapi masih sering disalahkan, bahkan sampai difitnah. Segala anggapan dan pandangan orang yang sering hampir menumbuhkan penyakit hati, ditumpasnya dengan doa. Kalau seringkali kita memohon agar diringankan bebannya. Beliau tidak. Beliau berdoa, "Ya Allah, tambahkan lagi ujianMu. Tambah terus aja ndak masalah. Biar saya makin kuat. Bantu saya agar terus menguat."

Lagi-lagi saya merasa tertampar. Orang-orang hebat ini tak pernah melepaskan doa. Yang satu senantiasa mendoakan untuk semua hal yang ia ceritakan. Satunya lagi hobi berdoa, bukan agar Allah meringankan bebannya, tetapi juga memohon agar dikuatkan 'punggung'nya.

Para ahli doa inilah jalan Allah tuk ingatkan kita bahwa doa adalah 'selimut' Allah bagi makhlukNya. Ini bukan lagi tentang seserius apa hal yang mau didoakan, tetapi sepeka dan semau apa kita doakan. Bayangkan, kalau kita terbiasa berdoa, kepekaan akan terus terasah dan menjadi perekat keshalihan. Berdoa adalah suatu ritual yang harus dibudayakan karena memiliki peran penting dalam peradaban. Meruntuhkan jarak antara habluminallah dan habluminannaas. Sebab kita menjemput doa padaNya, dan menghantarkan untuk seisi semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...