Dahulu,
Ada yang menggerutu
Jika tak sampai pada yang dituju.
Dahulu,
Ada yang sibuk menyalahkan waktu,
Segala kata rasanya hanya berlalu.
Dahulu,
Ada tangan yang memilih membatu,
Daripada napas yang menghela dan perlahan melaju.
Kala itu,
Logika hanya punya ruang semu.
Amarah sering sibuk menderu.
Namun, lalu,
DikirimNya ujian melulu,
Jatuh, tersungkur, dan seolah jadi benalu.
Napasnya melunak, menentu.
Memaknai waktu,
Mencoba bangkit dan berlalu.
Mempercayakan pada Sang Penentu.
Melaju sambil mengingatkan tentang apa yang dituju.
Ah, terimakasih, waktu.
Makin diuji, makin kuat tuk terus maju.
Terimakasih, waktu
Komentar
Posting Komentar