Langsung ke konten utama

Saya #HadirUntukGuru

Sejak kecil, saya paling benci dengan matematika. Tiap tahun, nilai yang didapatkan pada mata pelajaran itu selalu kecil. Hingga saat kelas 9 MTs, guru matematika saya, Bu Yayuk namanya, pernah bilang, "Kamu boleh nggak suka sebuah mata pelajaran, termasuk matematika. Tapi ingat, manut aja sama guru. Niatkan untuk mendapatkan ridlonya, dan berkah dari ilmunya."

Kala itu saya hanya termangu, dan sejak saat itu saya berniat untuk mengikuti semua perkataan guru saya, sekalipun saya tak suka pada mata pelajarannya. Dan..., perkataan Bu Yayuk benar adanya. Semuanya jadi ringan kala kita mengikuti perkataan guru karena berniat mendapatkan ridlo beliau dan berkah dari ilmunya yang dibagikan pada kita.


Tiga tahun lalu, setelah selama ini saya menganggap bahwa suasana sekolah yang membosankan adalah hal wajar, Pak Anies Baswedan pernah bilang bahwa sekolah harus menyenangkan. Kita harus memahami makna Taman Siswa, sebutan sekolah dari Ki Hajar Dewantara. Pesan ini sejujurnya menjadi tamparan dan otomatis mengingatkan saya tentang gambaran sekolah yang selama ini terkesan membosankan.

Tiga tahun yang lalu pula, seorang mentor yang sekarang bergerak di Poltracking Institute, Mas Agung Baskoro namanya, beliau bilang agar tak meninggalkan mengajar, sesibuk apapun. Sempatkan mengajar dan berbagi ilmu.
Tiga pesan di atas adalah sebagian kecil dari banyak pesan yang membekas di hati yang disampaikan guru saya.

Sejak saat itu saya berikrar..., belajar bukan tentang kewajiban, tetapi sarana mengasah kepatuhan dan belajar dengan niat yang terus diperbaiki. Termasuk belajar berbagi ilmu dengan orang lain.
Selama mengajar di manapun, hal yang selalu ingin diciptakan agar para murid senang selama di 'kelas', dan tak berniat menggurui, tetapi berbagi ilmu yang menginspirasi.

Tiap pesan dari guru adalah bekal untuk bergerak di masa depan. Hingga detik ini pesan-pesan itu masih tersimpan jelas, dan menjadi bekal tiap kali berbagi ilmu kepada orang lain. Walau belum jadi guru yang sempurna, tetapi siswa maupun santri selalu memberi saya energi untuk menjadi guru yang menyenangkan dan tak angkuh karena ilmu yang dimiliki.
Untuk murid dan santri yang pernah dan masih saya ajar...., terimakasih karena selalu membuat 'kelas' menjadi menyenangkan. Walau belum dapat selalu mendampingi, tetapi antusias belajar kalian adalah semangat bagi saya, dan tentu guru lainnya.
Untuk para guru yang setia mengingatkan...., keputusan saya untuk tetap mengajar walaupun banyak waktu telah tersita, adalah satu dari sekian banyak hasil bekal yang bapak dan ibu guru berikan. Pesan yang tertanam dalam hati.

Saya hadir bukan hanya karena para murid dan santri.
Saya hadir untuk terus mengamalkan pesan bapak dan ibu guru, melanjutkan yang pernah dan masih bapak ibu guru lakukan.
Selamat hari guru,
Saya #HadirUntukGuru :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...