Langsung ke konten utama

Kenapa Anies?

Ini adalah hari ke-3 sejak Presiden mengumumkan pergantian beberapa menteri, termasuk Pak Anies Baswedan yang digantikan Pak Muhadjir Effendy sebagai Mendikbud. Sudah tiga hari ini, banyak orang yang bertanya, "Kenapa, sih beliau diganti?", "Kok bisa, sih?", "Kurangnya beliau apa, sih?", "Beliau salah apa?", "Terus gimana, dong?".
Mulai dari yang sering ketemu, jarang ketemu sampai yang nggak pernah ketemu juga menanyakan hal itu. Saya selalu menjawab dengan pesan singkat yang sama,

"Dengan Pak Anies berhenti jadi menteri,
insyaAllah jadi lebih lincah. Pemerintah dengan Mendikbud yg baru terus memperbaiki, kita semua (termasuk Pak Anies) yang di luar pemerintahan juga tetep gerak. Semangatt! "

Sudah lebih dari 20 kali saya mengirimkan pesan itu sebagai jawaban dari semua pertanyaan. Saya juga nggak tahu kenapa pada nanya ke saya, karena secara personal saya nggak dekat dengan Pak Anies, secara keilmuan saya bukan anak politik, walaupun konsen di bidang pendidikan. Saya juga bukan pemuda pergerakan yang aktif. Emang salah nanyain kenapa Anies? Nggak salah, kok. Sebagai masyarakat tentu banyak yang kehilangan karena selama menjadi menteri memang banyak gerakan beliau yang melibatkan publik, misalnya gerakan Hari Anak Sekolah pertengahan Juli yang lalu hingga Bulan Pendidikan Nasional Mei kemarin.

Sejak diumumkan pergantian menteri, saya justru senang Pak Anies dicopot. Bukan karena kinerjanya tidak bagus. Kalau nggak bagus pasti saya nggak pernah nge-share inisiasi Kemdikbud ke mana-mana.
Saya senang karena Pak Anies akan lebih lincah bergerak di bidang pendidikan, kepemudaan, dan hal lain yang selama ini menjadi perhatian beliau. Beliau akan lebih leluasa bergerak dengan gagasan gagasan yang pasti akan melibatkan publik. Tidak ada lagi alasan birokrasi pemerintahan yang saat awal beliau menjabat sering kita khawatirkan. Iya, diakui atau tidak, tak sedikit yang menyayangkan waktu Pak Anies ditunjuk menjadi Mendikbud. "Anies itu lebih baik bergerak di luar pemerintahan dengan segala gerakan yang diinisiasi nya. Nggak usah masuk pemerintahan, lah. Jadi nggak totalitas." Di awal masa beliau menjadi Mendikbud, banyak yang berpendapat demikian.

Hari ini, dengan adanya menteri baru, dengan Pak Anies kembali menjadi masyarakat, bagian dari kita, jadikan ini lonjakan optimisme untuk lebih masif bergerak bersama. Bagi saya yang nggak ngerti banyak soal teori dan strategi politik, saya hanya dapat berspekulasi tentang alasan beliau diganti dari (sok) menganalisis kinerja beliau selama 20 bulan menjabat, (sok) menganalisis dari arahan awal Presiden terhadap Mendikbud yang baru. Saya yakin saya nggak sendirian. Banyak teman-teman yang begitu juga, kan?

Pertanyaannya adalah, lalu bagaimana kita menyikapinya? Jangan kembali seperti momentum pilpres, lah. Ketika sudah ditetapkan bahwa Jokowi adalah presiden terpilih, banyak yang masih terus membahas kenapa Prabowo nggak jadi? Yang kemudian memunculkan banyak asumsi tentang kinerja Jokowi. Walaupun secara metode pemilihannya berbeda, tapi situasi publik sama seperti sekarang. Keputusan sudah dibuat. Menteri yang baru sudah diumumkan. Tapi terus saja membahas kenapa ada pergantian. Kok ya ndilalah yang paling ramai soal pergantian Pak Anies yang dinilai publik baik-baik saja.

Memertanyakan alasan Pak Anies diganti tentu penting karena kita tidak melihat ada hal salah selama ini. Tapi, jangan terjerat untuk ramai soal itu saja. Segera selesaikan kesedihan, kekecewaan karena pergantian ini. Jangan sampai kita justru lupa mengawal kinerja menteri-menteri yang baru, jangan sampai kita lupa untuk terlibat demi perbaikan bangsa. Masih bertanya kenapa Anies? Kapan kamu mau bergerak dan berkontribusi agar Indonesia nggak kehilangan orang kayak Anies?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We Have "Luar Binasa" Behind The "Luar Biasa"

K ita mungkin tidak asing dengan istilah ‘luar biasa’. Luar biasa adalah ungkapan ketika kita takjub melihat sesuatu, baik ciptaan Allah, maupun ciptaan manusia. Kata ‘luar biasa’ sering diplesetkan dengan ‘luar binasa’. Nah, mari kita belajar dari ‘luar binasa’. Tanpa kita sadari, istilah ‘luar binasa’ bisa kita jadikan sebagai suatu hal yang dapat membuat kita lebih semangat dalam menjalani segala macam tantangan hidup. Mengapa demikian? Kata binasa sendiri mempunyai arti hilang, mati atau gugur. Mungkin memang tidak ada kedekatan arti antara ‘biasa’ dan ‘binasa’ meskipun mereka mempunyai struktur kata yang mirip jika diucapkan. Orang mengucapkan kata ‘luar biasa’ saat takjub mungkin karena hal yang menakjubkan tersebut memang keluar dari hal yang biasa dilihat. Misalkan ketika melihat seorang perempuan yang cantik, para pria tidak jarang berkata, “cantiknya luar biasa”. Kita tentu masih begitu ingat dengan kehebatan para pelajar SMK yang berhasil membuat sebua...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...