Langsung ke konten utama

Postingan

Ternyata Hidup Itu Bukan Puzzle, Tapi Hidup Butuh Banyak Puzzle

Selama ini saya mengira bahwa hidup itu ibarat sebuah puzzle yang harus dirangkai bagian-bagiannya. Pemahaman itu jadi berubah ketika hari ini saya mendengarkan materi tentang transformasi diri. Ternyata, ada banyak puzzle yang harus dirangkai selama hidup berjalan. Bisa jadi kita punya enam puzzle , dan semuanya harua dirangkai perlahan tanpa ada yang bolong. Sepanjang mendengarkan materi, sejujurnya saya sambil merefleksi diri. Bertanya lagi, sebetulnya lingkaran suksea yang mau diraih itu apa, sih? Kenapa itu penting bagi saya? Apa dampak yang ingin saya bagikan pada orang lain dan terasa juga untuk diri saya? Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membawa saya untuk menyusun dan mengukur lagi deep structure dan surface structure . Ini bukan soal seberapa saya mau menggapainya, tapi justru menentukan sejauh apa saya mau berupaya mengumpulkan satu persatu bagian yang harus dijalani sampai menemukan hasil. Jika bagian-bagian dari surface dan deep structure masih belum terlengkapi, menurut ...
Postingan terbaru

Lega

Sebelum menikah bahkan tahu akan menikah dengan siapa, aku selalu berusaha memastikan bahwa setiap langkahku adalah untuk menyiapkan diri berdampingan dengan orang lain. Menjadi istri, menjadi ibu, menjadi bagian dari keluarga orang lain, bahkan menjadi perempuan yang ingin melepaskan pekerjaan untuk fokus kepada keluarga. Apakah semuanya tuntutan dan terpaksa? Tidak. Semua kulakukan karena aku mau. Tidak ada masalah, semua berjalan baik. Makin hari aku merasa makin siap. Setelah menikah dengan lelaki yang kupilih, dan kuyakin bahwa ia punya frekuensi yang sama di tengah banyaknya perbedaan, ternyata tidak semua bisa sesuai dengan persiapan tersebut. Dari banyak hal baru yang kulalui setelah menikah, aku tidak pernah menyangka bahwa yang paling berat tuk dijalani adalah menjadi bagian keluarga dari orang lain. Bukan soal hilangnya profesiku, bulan karena peranku jadi istri yang sepenuhnya di rumah. Ini cukup membuatku sesak, karena sebelumnya aku sangat percaya diri. Dari latar belakan...

Melawan Pandemi, Mengapa Sekolah Tidak Dihentikan Sejenak Saja?

Terhitung sejak awal tahun 2020 ketika Indonesia mulai merasakan dampak dari pandemi, seluruh lembaga pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali mencoba berbagai alternatif metode pembelajaran agar tetap dapat terlaksana. Tentu saja semuanya didominasi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jam belajar dari guru ke siswa dikurangi, materi pembelajaran dirampingkan, guru mencoba menyampaikan materi yang berkaitan dengan life skills daripada pengetahuan, dan upaya lainnya.   Di kondisi ini, lembaga pendidikan yang notabene seluruh perencanaannya (bahkan hingga rencana pembelajaran) sudah dibuat jauh-jauh hari, harus berubah total. Semuanya berusaha bekerja cepat untuk merespons keadaan dan tidak mau hanya menunggu aba-aba dari pemerintah. Ya, tentu saja karena wali murid hingga pengelola lembaga sudah kadung tak punya waktu tuk menunggu. Pembelajaran harus berjalan setiap harinya.   Di tengah banyaknya masalah lembaga pendidikan yang dianggap tidak serius dan main-main, tidak...

Bicara; Bahasa Cinta yang Wajib Dijaga.

Menjaga perkataan. Sikap ini seolah jadi adab kunci ketika kita hidup berdampingan. Jika tulisan yang salah bisa dihapus, perkataan yang terpeleset tidak. Barangakli bisa diralat, tapi bagi pendengarnya, tetap saja terngiang. Sadar atau tidak, kata-kata sering jadi ejawantah pemikiran. Sering terdengar dan terjadi, ucapan pertama adalah yang paling jujur. Ya, kadang bisa saja terucap karena terpeleset. Tapi nggak bisa ditutupi kalau nurani tidak mengingkarinya. Bicara adab, kayaknya terlalu berat. Kita coba lebih spesifik, ya. Memilih kata. Sebagai manusia yang aslinya hobi ngobrol, bagi saya, mengontrol perkataan rasanya selalu jadi jurus yang tidak boleh dilepas. Lebih banyak mendengarkan, merespon perkataan lawan bicara dengan hati-hati, dan memilih diam jika sekiranya tak perlu. Saking pentingnya soal perkataan, kadang kita nggak bisa melupakan ucapan menyakitkan yang sudah kita maafkan. Ya gitu. Memaafkan, tapi tidak bisa melupakan. Sebagian orang bahkan mampu mengingat dengan ...

I'm Back!

Shock berat pas ngecek tanggal tulisan terakhir di blog. 19 Juli 2018. Udah hampir 2 tahun. Gimana saya bisa selama ini ninggalin blog? Salah satunya ya karena..., lupa bayar domain dan nggak tahu cara balikinnya. LOL~ Baiklah, ini konyol tapi ya sudah. Begitulah kenyataannya. 😴 Apa kabar kalian? Semoga baik, ya. Tetep betah di rumah karena sekarang masih bahaya corona. Ya ya, pasti kalian bosen denger nama penyakit itu. But , kita memang harus lawan. Lantas, bagaimana kabar saya? Hmmm, saya baik dan sudah setahun lebih menikah. Hehehe~ Yup, 10 Februari 2019 saya menikah dengan lelaki yang saya cintai, Ahmad Zaini Aziz. Apakah pernikahan selalu menyenangkan seperti yang saya bayangkan? Sejujurnya, saya sih nggak pernah membayangkan bahwa menikah itu akan selalu menyenangkan. Saya sangat paham bahwa menikah itu soal ibadah dan belajar yang akan bikin kita bahagia. Bukan sekadar senang. Bahagia itu, ya, ternyata bukan hanya soal kumpulan hal menyenangkan. Ketika...

Tak Perlu, Tapi Masih Saja Ingin Khawatir

Dulu, pernah ada suatu masa... Saya ditanyain orang, dan orang heran dengan keputusan saya untuk melanjutkan kuliah di Jogja. Sambil kerja pula. "Kenapa enggak di luar negeri aja S2-nya?" "Yaelah masih aja di sini." "Sayang banget lho, padahal kayaknya kamu memenuhi kualifikasi untuk kuliah di luar negeri." Kala itu, jawaban saya selalu sama: Emang sejak awal nggak pingin kuliah di luar negeri. Ya nggak pingin aja. Pernah nyaris mencoba daftar, tapi ya dibelokkan Allah untuk berada di tempat yang sama. Yang pernah merasakan kuliah&bekerja tentu tahu betul bagaimana perjuangannya. Capek dan hari libur dieliminasi tanpa ampun, tapi di sisi lain sungguh bahagia karena masih berkesempatan memenuhi kebutuhan orang lain saat harus memenuhi kebutuhan diri sendiri dalam menyelesaikan kuliah. Ketika saya hampir lulus S2, seorang teman yang sedang berjuang menunggu pengumuman beasiswa kuliah di luar negeri pernah bilang, "Kamu udah hampir selesai S2...

Pemimpin Nggak Hanya Soal Mau Mendengarkan

Pernah nggak kamu liat gambar di media sosial yang menyantumkan tentang bedanya "bos" dan "pemimpin"? Kamu bisa mencarinya melalui mesin pencarian daring, ya. Nah, dari gambar tersebut, secara garis besar bisa kita lihat bahwa pemimpin akan fokus pada tim, bukan dirinya sendiri. Ngomong-ngomong soal tim, amanah seseorang ketika menjadi pimpinan memang salah satunya memastikan pekerjaan tim berjalan dengan baik. Lantas bagaimana memastikan amanah sang pimpinan telah berjalan dengan baik? Here we go! "Mau mendengarkan aspirasi" adalah karakter utama seorang pemimpin yang diidamkan banyak orang. Namun, yang lebih penting adalah meninjau bagaimana cara sang pimpinan dalam mendengarkan aspirasi. Kenapa penting? Kalau metodenya nggak sesuai, maka pencapaiannya bisa aja akan kurang tepat sasaran dan amanahnya pun jadi kurang maksimal dijalankan. Banyak yang menyatakan bahwa salah satu cara "mendengar" sekaligus memastikan bahwa amanah telah dijalank...